Banda Aceh– Baliho besar milik Irwan Djohan yang terpampang di Simpang Lima Banda Aceh dengan tulisan “All Eyes On Rafah” memicu kontroversi di kalangan masyarakat. Baliho yang menyuarakan dukungan untuk Palestina tersebut dianggap oleh beberapa pihak sebagai upaya memanfaatkan isu internasional untuk keuntungan politik lokal menjelang Pilkada Banda Aceh.
Mulki, seorang pengamat politik di Banda Aceh, menyampaikan kritik tajam terhadap langkah Irwan Djohan. “Ini adalah momentum politik menuju Pilkada Banda Aceh. Jangan jadikan isu Palestina sebagai alat politik,” kata Mulki. Ia mengingatkan bahwa penggunaan isu-isu seperti ini dapat mengaburkan fokus dari masalah-masalah lokal yang lebih mendesak.
Menurut Mulki, Irwan Djohan tidak pernah menunjukkan dukungan publik yang besar terhadap Palestina sebelum masa-masa menjelang Pilkada. “Dulu kemana? Kami lihat Pak Irwan Djohan tidak pernah dulu sampai menaikkan baliho-baliho di Banda Aceh mendukung Palestina sebelum mau perhelatan Pilkada Banda Aceh,” ujarnya. Hal ini menimbulkan kecurigaan di kalangan masyarakat mengenai motif di balik aksi tersebut.
Kritik juga datang dari berbagai elemen masyarakat yang menilai penggunaan isu Palestina untuk kepentingan politik sebagai tindakan yang tidak pantas. “Palestina sangat pedih dan tidak pantas Irwan Djohan jual pengorbanan rakyat Palestina untuk politik,” ungkap seorang warga Banda Aceh yang tidak mau disebutkan namanya. Banyak yang merasa bahwa penderitaan rakyat Palestina tidak seharusnya dijadikan alat kampanye.
Masyarakat Banda Aceh diimbau untuk lebih kritis dalam menilai calon pemimpin. “Semua orang bisa buat begitu, tapi orang sadar tidak cari muka,” masyarakat harus bisa melihat calon pemimpin yang benar-benar berkomitmen pada masalah lokal dan bukan hanya menggunakan isu internasional untuk pencitraan.
Mulki juga menyoroti bahwa kontribusi dari kita untuk Palestina sebenarnya sangat kecil jika dibandingkan dengan bantuan dari negara-negara lain. ” Ia mengingatkan bahwa meskipun solidaritas internasional penting, fokus utama seharusnya tetap pada penyelesaian masalah lokal.
Dalam konteks Pilkada, Mulki menekankan bahwa masyarakat Banda Aceh harus memilih pemimpin berdasarkan program kerja dan visi yang jelas untuk membangun kota ini. “Masyarakat Banda Aceh harus bisa melihat calon pemimpin yang benar-benar jangan pencitraan,” tegasnya. Pilkada harus menjadi ajang untuk memilih pemimpin yang mampu membawa perubahan nyata bagi Banda Aceh.